MOMENTUM HUT KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE-68 :
“Mari Kita Jaga Stabilitas
Politik dan Pertumbuhan Ekonomi Kita
Guna Meningkatkan
Kesejahteraan Rakyat”
Tidak terasa Bangsa Indonesia merdeka dan saat ini telah memasuki
usia ke-68. Berbagai kegiatan dalam rangka merefleksi dan introspeksi diri,
sudah pasti dilakukan oleh semua pihak untuk merayakan Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia ke-68 yang bertepatan hari ke-9 Bulan Syawal
tahun 2013 ini. Tema yang ditetapkan oleh pemerintah adalah, “Mari Kita Jaga
Stabilitas Politik dan Pertumbuhan Ekonomi Kita Guna Meningkatkan Kesejahteraan
Rakyat.” Tentunya dengan tema tersebut, pemerintah berharap untuk mengajak
seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama mendukung tercapainya harapan
dari tema itu. Sangatlah menarik untuk mengulas tema ini, kita boleh melihat
dan mengulas dari banyaknya fakta yang terjadi di republik yang kita cintai.
Yaitu, dengan banyak terungkapnya kasus terorisme. Selain itu, banyaknya
bencana alam yang terjadi di bumi ibu pertiwi yang telah merenggut korban
ribuan jiwa, bahkan tak terhitung banyaknya sarana prasarana pun ikut hancur
oleh bencana alam yang silih berganti melanda negeri tercinta Indonesia.
Tidak hanya itu, penyelundupan serta jual beli secara illegal
terhadap satwa langka makin marak, aksi premanisme pun semakin merajalela.
Membuat masyarakat tidak bisa tidur nyenyak, lantaran mereka takut akan menjadi
korban berikutnya. Pengemis jalanan semakin bertambah, korupsi semakin
merajalela, konflik antar suku sudah sangat bosan kita saksikan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Ditambah lagi dengan banyaknya PHK yang dialami
para pekerja, naiknya harga BBM dan harga sembako, membuat masyarakat miskin
semakin merasakan bahwa hidup dan mencari nafkah di negeri ini teramat sulit.
Padahal kita semua tahu, jika Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia begitu melimpah,
namun kekayaan SDA yang kita miliki semakin lama kondisinya semakin
memprihatinkan. Eksplorasi secara besar-besaran oleh para pemilik modal yang
tidak serta merta memihak kepada masyarakat kelas bawah. Sehingga tidak jarang
masyarakat kelas bawahlah yang selalu menjadi korban.
Sayangnya
dan sering kali terjadi, setelah tanggal 17 Agustus, biasanya kita lupa kembali
akan semangat nasionalisme tadi. Seolah lenyap begitu saja diterbangkan angin.
Bahkan pekik merdeka yang beberapa hari lalu masih terasa getarnya, mungkin
sekarang hanya terasa kosong penuh hampa. Semuanya kembali menuju aktivitas
rutin masing-masing, yang korupsi kembali korupsi, yang miskin tetap seret
mencari makan, dan yang menengah tak ambil pusing dengan semuanya. Gambaran
rutinintas seperti itulah yang selama hampir 68 tahun kemarin terjadi.
Kemerdekaan mengalami beraneka ragam makna, tapi hanya sedikit sekali yang benar-benar merenung kan arti kemerdekaan yang sejati. Betapa para pejuang yang terdahulu begitu gigih mengupayakan kemerdekaan, merelakan segenap harta dan nyawa merebut kemerdekaan meskipun mereka sadar bahwa mereka toh akhirnya tidak dapat ikut menikmatinya. Sebenarnya apa yang ada dipikiran mereka saat itu? Entahlah, kita pun juga tak bisa menebaknya. Hanya bisa menduga bahwa mungkin mereka beranggapan, biarlah mereka menderita dan mengecap pahitnya dijajah, asal anak cucu mereka tak tak ikut mengalaminya, biarlah anak cucu mereka hidup damai dalam merdeka, terserah mau mereka apakan kemerdekaan yang telah berhasil direbut ini.
Kemerdekaan mengalami beraneka ragam makna, tapi hanya sedikit sekali yang benar-benar merenung kan arti kemerdekaan yang sejati. Betapa para pejuang yang terdahulu begitu gigih mengupayakan kemerdekaan, merelakan segenap harta dan nyawa merebut kemerdekaan meskipun mereka sadar bahwa mereka toh akhirnya tidak dapat ikut menikmatinya. Sebenarnya apa yang ada dipikiran mereka saat itu? Entahlah, kita pun juga tak bisa menebaknya. Hanya bisa menduga bahwa mungkin mereka beranggapan, biarlah mereka menderita dan mengecap pahitnya dijajah, asal anak cucu mereka tak tak ikut mengalaminya, biarlah anak cucu mereka hidup damai dalam merdeka, terserah mau mereka apakan kemerdekaan yang telah berhasil direbut ini.
Meski
bagitu, mungkin mereka juga akan menangis setelah melihat saat ini, wujud kemerdekaan
yang telah mereka upayakan tak seperti yang diharapkan. Korupsi yang membudaya,
menjadi bangsa yang kaya tapi tetap menjadi budak di negeri sendiri, kemiskinan
moral dan materi semakin tak terperi, adalah beberapa potret negeri kita yang
belum teratasi. Mungkin saat ini kita tidak teringat dulu kakek-kakek kita
pernah sama-sama tidak makan, sama-sama menderita, berjuang untuk kemerdekaan
ini. Lantas darimana kita akan dapat menyelaraskan arti kemerdekaan bila kita
tak punya rasa kebersamaan yang diwariskan oleh beliau-beliau tadi? Bahkan
untuk sekedar ikut membantu dana penyelenggaraan peringatan kemerdekaan pun ada
yang masih berat hati meskipun sebenarnya kita mampu, inikah arti kemerdekaan
yang akan kita wariskan kembali ? Malam menjelang tanggal 17 Agustus, biasanya
diadakan acara malam tirakatan atau perenungan kemerdekaan. Tapi saying, banyak
yang telah mengalami pergeseran makna. Ada yang menganggapnya menjadi malam
senang-senang penuh kegembiraan, ada yang menjadikannya sebagai malam reuni antar
individu yanng sangat susah terkumpul di kota-kota besar, bahkan ada pula yang
menganggapnya sekedar formalitas acara belaka. Betapa memprihatinkan !
Pada akhirnya, kita sebagai anak bangsa hanya bisa berharap apa
yang telah dicita-citakan oleh para pendiri bangsa ini dapat terwujud dan dapat
membawa perubahan bagi masyarakat untuk menuju ke arah yang lebih baik, sesuai
dengan konstitusi, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
merupakan amanah dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Kita semua warga
Negara Indonesia, memiliki hak untuk berbicara. Baik maupun buruk, benar atau
salahnya, negara kita menjamin hak untuk kebebasan berpendapat. Semoga saja
tema “Mari Kita Jaga Stabilitas Politik dan Pertumbuhan Ekonomi Kita Guna
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyamt,” ini dapat terwujud. Semua yang telah
terjadi dan yang telah melanda Bangsa Indonesia menjadi bahan renungan bersama
demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kesejaheteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia. (Redaksi)
0 komentar:
Posting Komentar
Penerbitan Tabloid Wanita Kudus edisi perdana ini, tentu menjadi sejarah baru di Kabupaten Kudus. Dengan fasilitas sederhana, tentu tanpa mengurangi semangat kami untuk menampilkan Tabloid yang profesional dapat diterima oleh masyatakat khususnya kaum wanitanya. Satu dan lain hal, perjuangan kaum wanita saat ini sudah
WANITA KUDUS
Sopan Bahasa Santun Dalam Berita
Pemimpin Umum/Pemimpin Perusahaan : Mbarsidi. Penanggung Jawab / Pemimpin Redaksi : Soehartono, SH. Redaktur Pelaksana / Sekretaris Redaksi : Khoiruzzad. Reporter : Mbarsidi, Soehartono, Khoiruzzad, Saeful Anas, Agus Santoso. Fotografer : Agus Santoso. LayOut / Desain Grafis / Artistik : Saeful Anas. Biro Hukum : M. Ulin Nuha, SH. Manajer Keuangan : Masriah. Manajer Sirkulasi dan Iklan : M. Adib Himawan. Diterbitkan